Kita. Ya, kini engkau dan aku sudah menjadi kita. Kita yang selama ini hanya ada di dalam damba. Kita yang selama ini bisa ku impi agar menjadi nyata. Kita yang sejauh ini, membuatku sering bertanya-kapan, dimana? Kita yang sepanjang waktu menjadi alasanku untuk terus bergerak dan berkata aku bisa. Kita yang tidak dapat ku prediksi kapan terjadinya. Akan tetapi, kita akan ada pada saat nya.

Yah, begitu. Aku pernah menyusun kalimat di atas, judul catatan ini, dulu. Dulu. Dulu, aku menulisnya satu di antara beribu kalimat-kalimat dalam diariku. Dulu, aku memang begitu. Aku sangat senang menghalu. Huhu. Betapa ini terasa sendu, saat ku mengingatnya, huhuu. Yup, yuhuu. Akan tetapi, yang lalu biar berlalu. Ini yakinku. Semua ku jadikan sebagai pematik semangat untuk terus maju. Hingga saat ini ku teringat selalu.

Hari ini, tepatnya tanggal tujuh bulan Februari pada tahun ini. Aku melirik kembali catatan-catatan lalu dalam diari. Diari yang menemanku dalam berbagai situasi. Diari yang membujukku saat ku ingin terbawa emosi. Diari yang ku jadikan sebagai pencerah hari. Diari yang ku bawa ke mana pun aku pergi. Diari yang ku beli dan ku modali. Hingga ku rela tidak belanja jajanan demi bisa menyalurkan inspirasi. Hihii. Betapa kejamnya ku pada diri sendiri. Kekejaman yang kini ku senyumi bahkan tertawai. Sebab dengan begitu, aku menjadi tahu siapa diri ini.

Diari. Benar, aku sudah menulis diari sejak lama. Seingatku, waktu itu aku lagi nganggur alias tidak ada kesibukan berarti. Selepas sekolah menengah kejuruan, ini pasti. Dalam waktu itu, aku tidak memiliki materi untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Hingga, dalam hari-hari, aku menulis diari. Ku tulis segala yang ku rasa, ku alami. Bahkan keadaanku saat itu adalah sedang dalam cinta sendiri. Aku menyukai seseorang, tapi ku pendam sendiri. Hingga terciptalah rerangkai puisi. Ini aku si moody.

Lain waktu, diari menyambut segala tanyaku tentang diri ini. Aku yang tidak dapat menempuh pendidikan lanjutan, diprediksi tidak akan menjadi siapa-siapa hari ini. Akan tetapi, aku tidak menyerah sampai di sana. Aku masih miliki yang namanya, KEMAUAN.

Ingat.

Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Innallaha ma’ana. Innallaha ma’asshobirin. Ingat, pohon tidak selalu rindang. Akan ada masa meranggas dan daunnya runtuh ke bumi.

Dan aku sangat ingat semua ini. Ingatan yang membawaku terus melangkah dan pergi ke mana pun langkah kaki mengajakku. Hingga takdir pun mengajakku berkelana ke sana, Di sana, sebuah kota bernama kota kembang, aku pernah berada dan melanjutkan pendidikan tinggi. Aku sangat bersyukur dengan semua itu, kini.

Nah, saat ini, aku kembali untuk menelusuri jejak perjalanan diri. Jejak-jejak yang masih ku lanjutkan di sini. Marii.. aku mau melangkah lagi di dunia nyata. Sampai berjumpa esok hari, semoga masih ada niat di dalam hati untuk terus berbagi tentang semua yang ku alami, ku inginkan, terjadi. InsyaAllah.

🙂 🙂 🙂 Tetap jalani hidup ini dengan

Ayo mengabadikan kisah persahabatan kita dalam tulisan ^_^

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai