Photo by Mark Tacatani on Pexels.com

Setahap demi setahap. Selangkah demi selangkah. Sedetik demi sedetik. Sedikit demi sedikit. Setitik demi setitik. Paragraf demi paragraf. Huruf demi huruf. Bulan ke bulan. Waktu ke waktu. Mari bergerak, teman.

-Menjaga konsistensi

Ya, dalam kesempatan terbaik kali ini, kita berjumpa lagi, teman. Pertemuan tanpa bertatapan, apalagi bergenggaman tangan. Pertemuan untuk saling mengembalikan ingatan. Apakah ingatan pada masa depan yang menghadirkan harapan, atau masa lalu yang menguatkan kenangan. Pertemuan untuk tetap berangkulan, saling mendukung, meski antara kita banyak perbedaan. Pertemuan untuk saling memberikan penghiburan, apresiasi dan senyuman, walau kita tidak akan pernah dapat berhadapan langsung. Akan tetapi, semoga menjadi ingatan, bagiku khususnya, untuk melazimkan, senyuman dalam pertemuan. Termasuk pertemuan kita saat ini.

Baiklah teman, ku mau membagimu senyuman lagi. Senyuman yang ku artikan dari aktivitas merangkai kata menjadi kalimat. Kalimat-demi kalimat yang ku mau tersenyum menawan padaku, saat membacanya nanti. Apakah senyuman tersebut hadir atas ketidaknyamanan yang ku rasakan atas keberadaannya? Atau senyuman yang sangat ku idam-idamkan, setelah sekian waktu tidak membersamainya. Maka, berhadapan dengannya lagi, adalah dalam rangka mengembangkan senyuman.

Yuup, aku bisa tersenyum saat membacanya, yang ku mulai sejak merangkainya.

Teman, dalam kesempatan emas ini, ku mau merangkai senyuman lagi, tentang apayah? Yah, gimana dong, aku tidak bisa langsung menuliskannya dalam kesempatan pertama. Jadi, dalam kesempatan terbaik pada detik ini, ku merangkainya. Aku mau berbagi tentang waktu.

Waktu dapat mengubah seseorang dari kekosongan menjadi beraktivitas. Waktu dapat memberi kita ruang untuk mengekspresikan diri. Waktu tidak terlihat, namun ia ada. Waktu tidak akan pernah terulang, setelah berlalu. Waktu sangat berharga, maka manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya.

-Ingat waktu. Wal’ashr

Waktu. Sesiapa yang pandai memanfaatkan waktunya, maka ia menjadi pribadi beruntung. Berbeda halnya dengan seorang yang tidak tahu waktu dan tidak pintar menghiasi waktu, maka ia merugi adanya. Sebab waktu, tidak pernah menunggu. Waktu terus berlangsung, berjalan, bergulir, ya, begitu.

Tentang waktu, suatu ketika ku teringat untuk melihat jam. Agar ku tahu, waktu sudah berada pada angka berapa? Spontan, ku menengadahkan wajah ke atas, menghadap jam dinding yang menyambutku haru. Ooopss! Sudah jam 12 saja. Aku terkesiap. Ya, jam adalah salah satu penunjuk waktu.

Waktu tidak menunggumu, manfaatkan semaksimal mampumu.

Tidak terasa. Sejak lama ku berada di dunia ini, bersamamu dan waktuku. Lalu, apakah yang ku kreasikan bersama waktu? Apakah yang ku lakukan dalam waktuku? Waktu yang mengingatkanku untuk segera bangkit dari duduk, lalu melangkah menuju pintu. Selanjutnya, membuka pintu dan kemudian keluar, melangkah ke halaman. Di halaman, ku menekur sejenak, menata ingat. Mau ke mana ku melangkahkan kaki-kaki ini?

Tentang waktu juga, aku teringat dengan hal-hal yang ku lakukan, maupun yang belum ku lakukan. Buat aktivitas yang telah berlalu, menjadi cerminan bagi diriku. Cermin yang memperlihatkan gambar diriku. Cermin yang kembali ku perhati, setelah ia ada di dalam hari ini ku. Cermin yang memperlihatkan sosokku, utuh. Cermin yang tidak dapat ku ubah lagi tampilannya, sebab ia sudah menjadi bagian dari perjalananku.

Nah, untuk hal-hal yang akan ku lakukan, aku masih bisa berpikir ulang. Aku masih dapat menyusun jadual dan rencana, dengan berpengalamankan waktu-waktu sebelumnya yang ku lewati. Apakah masih akan sama dengan yang lalu? Atau ku perlu membuat perubahan demi perbaikan ke depannya?

Di sini, pada halaman hari ini, ku masih bisa berpikir ulang, sebelum melakukan sesuatu esok hari. Sedangkan hari kemarin yang telah ku coreti dengan segala aktivitasku, bagaimana hasilnya? Supaya waktu demi waktu kita mau berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi yaa teman. Pribadi yang pandai mengatur waktu dan memanfaatkannya dengan maksimal.

Ingat waktu, ingat lima perkara. Salah satunya, waktu hidup sebelum kematian menyapa dan merengkuh kita dari asyiknya menjalani kehidupan dunia yang fana.

-Waktunya introspeksi diri, sebelum akhir waktu mendekap diri

πŸ™‚ πŸ™‚ πŸ™‚

4 tanggapan

  1. Yang fana adalah waktu. Kita abadi. Katanya Sapardi DD.

    Disukai oleh 2 orang

    1. Iya Kak Nina, thank you share nya. πŸ™‚

      Suka

  2. I really like your blog. A pleasure to come stroll on your pages. A great discovery and a very interesting blog. Fascinating and beautiful. I come back to visit you. Do not hesitate to visit my universe. See you soon πŸ™‚

    Disukai oleh 1 orang

    1. Hi Angelilie, nice to meet you here. Thanks for visiting us and dropping by a comment , oke, see you there. πŸ™‚

      Suka

Ayo mengabadikan kisah persahabatan kita dalam tulisan ^_^

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai