Menulis untuk membicarakan tentang Warna dan Rasa dalam Perjalanan Hidup

– Saat menjalani hidup yang penuh warna dan rasa dengan kesungguhan, terkadang engkau perlu waktu untuk berdiri sejenak untuk merenungkan apa, siapa, bagaimana, kapan dan siapa yang terlibat di dalamnya?

***

Hidup ini, sejatinya adalah perjalanan. Perjalanan yang dapat kita tempuh dengan atau tanpa senyuman. Senyuman yang menjadi saksi, saat kita mengayunkan setiap langkah. Langkah-langkah yang menjadi bukti, apakah kita menikmatinya?

Hai, teman. Hidup ini singkat, sungguh pendek. Pendeek sekali. Sekali kita lengah, maka kita akan terlewat sebuah kesempatan berharga. Kesempatan tersebut ada di antara waktu yang kita jalani dalam hidup ini. Kesempatan yang tidak akan pernah terulang, setelah ia berlalu. Maka, ingatlah tentang kesempatan.

Hai, teman. Selanjutnya, apakah yang dapat kita upaya, supaya kesempatan berharga dan terpenting dalam hidup tidak terlewat begitu saja? Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Adapun salah satu tips sukses memanfaatkan kesempatan adalah dengan menulis. Yuups, menulislah.

Ah, tentang menulis, aku sudah sangat lama melakukannya. Akan tetapi, akhir-akhir ini, ku terlewat menulis. Apa sebab? Aku menemukan banyak sekali alasan, mengapa menulis menjadi aktivitas yang tidak lagi menjadi prioritas dalam waktuku. Kini, ku memiliki aktivitas penting selain menulis.

Dulu saat memulai karir menulis blog, aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, untuk tidak meninggalkan menulis dalam keadaan apapun. Walau bagaimana pun, aku mesti dan siap menulis. Akan tetapi, kini semua tinggal janji.

Nah, apakah aktivitas yang membuatku ingkar dari janji pada diri sendiri tersebut? Adalah kenyataan hidup ini. Bayangkan! Aih, tidak pernah terbayangkan olehku, sejauh ini. Kegiatan membersamai keluarga baru dan keluarga kecil kami, membuatku berpaling dari menulis, rupanya. Menulis yang biasanya menjadi temanku saat sendiri, sedih, suka, duka, dalam patah, saat jatuh, ketika bangkit dan berupaya berdiri lagi, saat ku tidak memiliki kegiatan, saat ku sedang memerlukan pekerjaan, maka aku menulis. Lah, kini semua ku pendam sendiri, tidak lagi ku tuliskan.

Padahal, bagiku, menulis adalah sebuah sarana untuk meluapkan segala rasa yang ada. Apabila ia sudah semakin memenuhi ruang dada, melimpah dari pikiran, maka ku tuliskan. Eh, eh, manfaat dari menulis tersebut pun ku rasakan sesaat setelah semua ku lakukan. Aku sungguh sangat senang melakukannya, sebelum ini. Tapii.. sekarang tinggal dinasti. Hihii.

Aku, memang bukan seorang penulis. Akan tetapi, merangkai diari maya sejenis blog sudah ku lakukan dalam waktu lama. Saat tidak melakukannya lagi sudah sangat lama, saat ini ku merindukannya. Yap, aku merindukan aktivitas ini, lagi. Aktivitas yang biasanya menjadi penebas segala sepi, hihii. Apalagi saat bibir tidak bisa berucap apa-apa, padahal ada yang menyesak di dalam dada untuk ku luahkan ke muara kata. Ketika ku sedang jatuh cinta, misalnya, hahaa. Alhasil, terciptalah puisi indah yang penuh dengan bunga-bunga kata. Kata-kata yang tidak pernah ku bayangkan, ada. Tapi, semua bisa tercipta, saat ku melakukannya sepenuh rasa saat cinta menyapa jiwa.

Ada apa dengannya? Dia terdiam menunduk kepala. Rambut kusut tidak tertata. Airmata menetes ke pangkuannya. Tatapan sayu tanpa cahaya. Wajah kusam tidak ceria. Hai. dia siapa? Ada apa dengannya? Dia sedang patah hati, rupanya. Tidak sepertiku yang sedang jatuh cinta. Aku bisa membedakannya, dari rona wajahnya saja. Inilah yang ku maksud, bahwa menulis bisa membuatku bicara.

Ayo mengabadikan kisah persahabatan kita dalam tulisan ^_^

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s