
Dear my friend, di sini, ku menepi dari ruang sunyi untuk menyapa hatimu. Aku merindukanmu.
Di sini, aku pernah mengenal seorang teman. Teman yang belum pernah ku temui di dunia nyata, hingga saat ini. Padahal ku sudah mengenalnya sangat lama. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, perkenalan pertama kami berlangsung. Teman yang sangat berarti bagiku. Beliau sungguh sangat berharga. Teman yang ku hargai sebagai sosok berbudi pekerti luhur, penuh canda, mudah berekspresi, sungguh ceria saat kami bertukar bahasa melalui rerangkai kalimat. Entah bagaimana aslinya, apakah sama seperti yang ku sangka?

Welcome to my hometown
Sejak mengenal beliau, ku menjadikannya sebagai inspirator. Yuhuu, tepat saat ini, aku terkenang dengan beliau. Bagaimana kabar beliau kini? Apakah baik-baik saja? Seperti apakah kondisi kehidupan beliau saat ini? Semoga sehat sejahtera dalam bahagia, hendaknya. Aamin. Sama seperti awal ku mengenal beliau, kini aku kembali berdoa, “Ya Allah. Apapun kebaikan yang beliau rutinkan dan menebar padaku hingga sampai saat ini diriku juga merutinkannya, sehingga menjadi bagian dari amal shaleh, semoga beliau juga dapat merasakan manfaatnya. Semoga ajakan untuk melakukan kebaikan demi kebaikan yang beliau alirkan melalui rerangkai kata, mengalir juga pahalanya hingga ke akhirat nanti. Salah satunya adalah tentang senyuman. Ya, tersenyumlah, maka senyuman tersebut kembali lagi padamu. Meski dalam keadaan tersedih di episode kehidupanmu, tetaplah tersenyum. Karena senyuman seseorang yang sedang bersedih adalah senyuman terindah. Sebab hanya orang-orang hebat yang mampu menampakkan wajah cerah ceria dalam kondisi hatinya babak belur, terluka, tapi ia tidak menampakkannya pada wajah. Ia tetap tersenyum, karena dengan begitu, ia merasa lebih baik. Suasana hatinya kembali terobati, oleh senyuman yang ia tebarkan.
“Cobalah! Ya, tidak ada salahnya mencoba, semoga sukses, teman,” bisiknya padaku ketika itu.
Awal mengenalnya, aku dalam kondisi jiwa yang porak-poranda. Keadaan hatiku sedang pilu-pilunya. Aku seperti yang hidup segan mati tak mau gitu, lho. Hohooo. Nah, aku sungguh merasa sangat beruntung, mengenalnya. Entah aku yang hadir dalam kehidupannya atau ia yang tiba-tiba masuk dalam kehidupanku, aku tidak tahu. Namun yang ku tahu, keadaan diriku berubah total, drastis, detik-detik sejak kami berkenalan. Aku tetiba ingin tersenyuuum, aja lebih lama. Aku tidak lagi merasa-rasai arti sedihku. Aku hanya tahu, dia ada untuk merubah suasana hatiku. Aku pun jatuh cinta padanya. Hahaa, sungguh! Aku bahagia jadinya.
Ia, adalah sosok penyayang, setelah ku menelusuri melalui beberapa kalimat yang ia bagikan. Selanjutnya, aku semakin terpesona padanya. Aku terpesona, karena ku pikir, ia adalah sebaik-baik teman yang Allah kirimkan untukku. Sosok yang membuatku bisa merasakan, ternyata begini indahnya mengenal sesama saudara. Ukhuwah antara kami pun terjalin dari hari ke hari. Kami berkomunikasi, dalam waktu-waktu tertentu. Kalau bukan aku yang menyapa beliau, beliau yang menanyaku. Begitu pun sebaliknya. Akhirnya, kami pun bersahabat di dalam hati. Persahabatan dari hati yang sampai ke hati. Bila ku ingat beliau, aku pun merangkai kalimat, sebagai lambang persahabatan kami. Because my friend is my inspirator.
🙂 🙂 🙂