
Haaii, emak-emak. Aku sekarang sudah menjadi emak-emak juga lho. Jadi? Sekarang kita berteman, hehee.
Ehiya, sebagai emak-emak muda, aku sangat senang. Senangnya, melebihi saat ku memandang langit biru siang hari, peneman diri ketika ku dalam menanti pasangan hati, dulu. Senangnya melebihi rasaku yang begitu tinggi pada mentari, rasa cintaku pada mentari.
Senangnyaaaa, karena aku mempunyai amanah beberapa orang anak kecil dalam waktu singkat. Alhamdulillah, mereka semua adalah titipan Allah, untuk ku ayomi, ku kasihi, ku sayangi, dan ku jadikan sebagai alasan untuk tersenyum, kali ini.
Hihi. Ai, senang sungguh senang adanya, di dalam hati ini. Senang yang tidak dapat ku takar dengan sebanyak apapun materi yang ku miliki. Senang, saat ku menyendiri dan merefleksi diri, kali ini. Aku sedang sendiri, saat ini. Maksudnya tanpa teman di sisi, kecuali para malaikat yang selalu menemani. Ada DIA Yang Selalu Memperhati.
Hup! Ini akhir pekan, teman. Siang menjelang sore. Tergegasku memetik ingat untuk menepi di sini. Aku kembali lagi. Baru bisa saat ini. Yup! Selagi ada kesempatan, tentunya. Menjadikan waktu yang sedikit ini, untuk menjalari ingat pada sesuatu untuk ku kenang, kelak. Karena setelah saat ini berlalu, ia akan menjadi masa lalu. Termasuk anak-anak, akan bertumbuh tanpa terasa. Tetiba, mereka sudah mendewasa seiring perjalanan usianya.
Yah! Kali ini ku mau bereuni dengan mimpi-mimpi. Seraya memandang selembar potret bersama anak-anak kecil di sekelilingku, ku tersenyum, kini. Bersenyuman dengan diriku sendiri, yang moody. Bersenyuman dengan keadaan yang tidak selalu mau bekerja sama denganku untuk senantiasa mengembangkan senyuman di pipi. Bersenyuman dengan diriku sendiri. Bersenyuman dengan segala ingatan yang ku coba rasakan, lagi. Bersenyuman, untuk merenungkan segala yang ku lakukan, ku alami, ku temui dan menghampiri diri ini. Walau tanpa ku prediksi, ternyata sudah begini, seperti ini, melakukan ini, dan ini…
Hai, emak-emak muda, lagi apa akhir pekan kali ini??
Aku lagi manja-manjain jemari, nih. Mumpung anak-anak sedang tidak di sisi, maka ku melenturkannya barang sejam dua jam. Sebab saat bersama anak-anak, ku tidak dapat menyentuh dunia maya ini. Shishishiiikshikshiks. Itulah mengapa, kita sangat sangat sangat jarang sekali bersapa, mohon untuk memaklumi.
Haiiii, ini bukan karena ku tidak dapat membagi waktu, tapi karena ku memang tidak minat saja menepi di sini. Jadinya, janjiku untuk senantiasa merangkai senyuman di sini, belum terlaksana lagi. Bukan beralasan karena mengurus anak-anak menghabiskan hampir seluruh hariku, tapi karena ku memang tidak mau membagikan keriuhan kami sepanjang kebersamaan. Bukan karena ku beralasan, tapi alasan itu memang tetap akan terus ada. Jadinya? Ya, seperti ini. Aku memang tidak dapat menemui mayaku, saat ku sedang asyik berjumpalitan dengan dunia nyata yang penuh dengan ekspresi dalam kebersamaan kami (aku dan anak-anak kami).
Sedikit merefleksi…
Tidak terasa, sudah hampir lima tahun saja, berlalu. Sejak ku benar-benar sangat aktif di sini, menyusun diari. Tidak terasa. Ini sangat cepat.
Aku masih ingat, awal tahun 2018, adalah penghujung waktuku membersamai diari maya ini, yang sebelumnya ku mengunjunginya hampir setiap hari. Namun setelah saat itu, ku mulai sedikit demi sedikit menepi darinya. Aku tidak mau benar-benar pergi, makanya menepi sesekali.
Aku masih mau membersamai. Tetapi, kenyataan memberikan bukti. Salah satu keadaan yang membuatku tidak sering meloading lagi di sini adalah keadaan signal di tempat tinggal kami yang belum sempurna adanya. Jadi, walaupun sesekali ada waktu untuk online, aku sudah tidak sesemangat dulu saja. Terlebih lagi, ada yang lebih penting untuk ku tekuni dan jalani, bukan hanya merangkai senyuman di diari. Akan tetapi, menjalani kenyataan bersama senyuman.
Tersenyum. Apakah aku selalu tersenyum di dalam berbagai kenyataan? Tidak. Tidak selalu begitu. Tidak seperti yang ku impi. Semua, seakan menjadi uji nyali bagiku. Apakah ku sanggup menjalani semua kenyataan dengan satu ekspresi yang ku sebut senyuman? Tidak. Ternyata ku tidak sanggup.
Aku adalah manusia sejati. Aku perempuan yang penuh dengan ekspresi. Emosiku terkadang tak terkendali. Terkadang maunya diam menyendiri, tidak bicara dengan siapapun. Terkadang ku mau berbagi suara, seringnya suka melakukan segala sesuatu. Intinya adalah, tidak diam begitu saja, tanpa melakukan apapun.
Marah. Aku bukan tidak bisa untuk marah. Aslinya, ku bisa juga meluapkan emosi. Tapi, terlihat tidak asli ya? Sudahlah.
Sedih. Hiks, hiks, hanya di depanmu ku mampu dan mau mencurahkan airmata sebanyak-banyaknya, mengalirkannya di pipi. Selebihnya, tidak. Aku sungguh sangat malu tentang hal ini. Tapi padamu, ku merasa sudah biasa adanya. Rasanya, kita memang sahabat hati. Padamu ku mudah saja berbagi tentang rasa ini. Sehingga, engkau pun memaklumi dan segera mencandaiku. Bahwa sedihku kurang, hayo, tambah lagi. Bibirnya kurang melengkung ke bawah, saat ku cemberut, dan beberapa detik kemudian menangis. Ayooo, tambah lagi, bisikmu seraya tertawa ringan.
Bahagia. Tentang bahagiaku, tidak dapat terucapkan lagi. Engkau pun sudah sangat tahu, kapan saja ku benar-benar bahagia. Apakah saat engkau menghadiahiku sesuatu, atau saat engkau datang menemuiku tepat waktu, ketika ku membutuhkanmu? Engkau sangat memahamiku dan engkau benar-benar bahagia bersama bahagiaku.
Takut. Aku sebenarnya penakut. Tapi, engkau tidak akan pernah percaya tentang hal ini. Engkau bilang, aku pura-pura, saat ku memintamu menemaniku saat rasa takutku kambuh. Uh. Aku sebal tentang ini.
Kalem. Tenang. Damai. Tidak banyak berulah, menerima dan menjalani keadaan dengan sebenarnya. Engkau sangat menyukaiku karena ini? Eits, tunggu dulu. Aku berambisi tinggi lho, tahukah engkau? Salah satu impian dan citaku adalah membersamai mentari di atas sana?
Sekarang saja, ingatanku segera berkelana pada tahun-tahun lalu, sekitar tahun dua ribuan. Saat itu, impianku sungguh sangat jauh. Aku bukan lagi berteman dengan manusia saja, tapi dengan mentari sungguh sangat akrabnya. Maka, tidak ada lagi alasanmu untuk bilang, aku orangnya tidak mau berubah. Aku berevolusi. Aku sudah jauh berubah saat ini, lho. Tapi satu yang sama, aku sungguh sangat senang, karena engkau adalah mentari yang ku idamkan, dulu. Engkau adalah mentari di hatiku. Maka, terimalah aku yang terlihat tenang adem dan ayem olehmu. Karena kehangatanmu telah melunturkan ambisiku. Sehingga ku terlihat begitu teduh dan sejuknya dalam pandanganmu. Terima kasih mentariku. I love you.[]
π π π
Senang sekali membaca diari ini juga tulisan-tulisan kakak yang lain (walaupun saya tidak selalu bisa berkunjung). Tulisan yang dirangkai secara sederhana tapi terasa sekali kalau ini ditulis dengan hati. Terima kasih sudah membuat saya bahagia membaca diari maya kakak. Salam hangat untuk anak-anak π
SukaDisukai oleh 1 orang
Hhai, Kak Luna, senang nya bisa bersapa di sini, semoga hari-hari kakak senantiasa menyenangkan, π
Iya kakak, terima kasih kembali. Semoga kakak dan keluarga sehat selalu yaa. ^^
SukaDisukai oleh 1 orang