Photo by Natasha Fernandez on Pexels.com

Aku memulai catatan ini dengan mata berkaca-kaca. Pikiranku penuh, tatapan berat dan wajah yang mulai mengembangkan senyuman. Yeps, ada ide. Hehee.

Sejenak, mari menutup mata, teman. Mata yang sering membuka ini, kiranya ada kesempatan menghilangkan tatap dari indahnya dunia. Dan kemudian, ayo, kita berpetualang ke dalam jiwa. Hya!

Jiwaku terdalam terkadang kondisinya kelam. Ada kala ia remang-remang tanpa penerangan terbaik. Suatu waktu sedikit benderang, sebab ada cahaya memasukinya. Nah, lain waktu ku merasakan ia berbinar cerah seperti terkena sinar mentari. Begitulah, iya.

Aku adalah manusia yang ingin hidup beribu tahun lamanya, begini ku mencandai diri. Saat ia merasakan suatu aura tidak semestinya menghinggapi. Sebab aku percaya, hidup ini hanya sekali. Maka, segala ekspresi yang ku miliki, ku bagikan sesuai porsinya seperti yang ku ingini. Yak!

Aku dan diriku, tidak selalu seperti yang orang perhati. Aku bukanlah pribadi penuh bahagia sebagaimana yang engkau pahami. Aku juga bukan si pemurung yang tidak dapat berekspresi sama sekali. Tidak. Namun aku adalah sosok penuh ekspresi dan senang sekali menukar-nukar ekspresi dalam berbagai kesempatan yang ku miliki.

Seperti saat ini. Bagaimana lagi ekspresi yang akan ku hadirkan dari dalam diri ini? Diri yang sering-sering ku perhati, suka berganti-ganti. Diri yang tidak selamanya seayu yang engkau saksikan. Diri yang mudah bahagia, mudah juga sedihnya.

Ah, apakah ada yang salah dengan diri ini? Aku suka menanya tentang hal ini. Pertanyaan yang terus ku pelajari, sebagai salah satu bentuk peduliku pada diri. Pertanyaan yang tidak pernah sekalipun ku bagi melalui nada suara, pada orang-orang yang ada di sekelilingku. Kecuali hanya aku yang menggumami diri, bertanya sendiri, lalu jawab sendiri juga, terkadang. Betapa rumitnya.

Suatu ketika, aku bertanya. Lantas ku membaca, untuk menemukan jawaban. Selanjutnya, merangkai tulisan untuk menjelaskan pada diriku sendiri, tentang dia. Supaya ia tahu tanpa harus bertanya-tanya lagi. Ya, begini proses yang ku tempuh untuk menemukan diriku, siapa ia dan bagaimana ia semestinya. Proses yang panjang dan masih berlanjut hingga saat ini. Proses yang terus ku jalani, hingga nanti sampai aku tidak sanggup lagi menempuhnya. Proses yang masih terus ku jalani, supaya ku mengerti bahwa hidup ini ternyata bukan hanya tentang diriku saja. Hidup ini adalah tentang diri yang lain selain diriku.

Hingga akhirnya, ku mencoba mengambil kesimpulan versi diriku sendiri. Kesimpulan yang ku kemas sangat rapi di dalam diari dalam hari-hari. Lalu merangkainya menjadi senyuman seperti ini.

Semoga . . .

Menjadi penjawab tanya, saat diriku bertanya lagi. Menjadi pengobat hati saat ia merasakan sakit. Menjadi alasanku tersenyum dalam kesedihan yang ku alami. Menjadi alasan bagiku untuk tetap berbagi dan kemudian menceritaimu tentang hal-hal yang ku temui dalam perjalanan hidup ini.

Semoga, tetap menjadi bagian dari aktivitasku. Supaya aku tidak hanya mengambil kesimpulan sekali saja dan mencatatnya lalu selesai, namun kembali introspeksi diri, atas kesimpulan sebelumnya. Supaya aku mau belajar lagi, membaca, mengeja, mempelajari dan terus berbenah diri. Selanjutnya merangkai senyuman berikutnya. Agar kesimpulan yang ku ambil, bukan menjadi kesimpulan terakhir. Artinya, aku masih mau belajar, tetap belajar dan terus mempelajari diri, dan selain diri ini.

Adapun salah satu motivasiku adalah untuk membandingkan diriku yang lalu dengan saat ini. Menelusuri perjalanannya dari dulu hingga saat ini. Memberikan apresiasi untuk diriku yang terkadang memerlukan. Apalagi saat ia sering menjalani waktu dalam kondisi sunyi tanpa banyak orang menemani. Maka, menjadi kenangan bagi diriku khususnya, supaya ia tersemangati lagi dan tersuntik semangat untuk tetap membahagiakan diri. Ditambah lagi, memang karakterku yang seperti ini.

Ya, aku mempelajari diri yang memang begini dan tidak dapat ku ubah-ubah lagi. Kecuali memoles sebagian kecil saja tanpa mempermak keseluruhan. Maka intinya adalah, menjadi diriku yang sudah sebagaimana adanya, mesti. Supaya ku dapat meneruskan bakti, menunjukkan bukti, memberikan yang terbaik dari diriku untuk kehidupan ini. Dengan caraku, di jalan yang ku pilih.

Dengan begini, ku semakin mencintai kehidupan yang ku jalani, tanpa harus membanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain. Aku bisa menempuh hari dengan tetap menikmati, walau terlihat dari sana tidak seharusnya aku begini. Akan tetapi, ku terus mempelajari diri, memperjuangkan harapannya, meneruskan citanya, mempraktekkan misinya, supaya visi yang sudah ku canangkan jauh-jauh hari tergapai dengan indahnya.

😀 Wah, aku mulai tersenyum lebih leluasa. Aku tersenyum sungguh cerahnya, seiring lembaran jiwaku yang mengembang dan ku siap menghadapi kenyataan lagi. Kenyataan hidup yang ku pelajari, ku jalani, dengan membaca kehidupan orang lain di luar sana, melalui media ini.

Hup! Aku membuka mata yang sedari tadi ku tutup. Lalu mengucek pelan, dan kemudian menatap ke alam. Seraya menggenggam lembaran jiwa yang selama ini ku jaga dengan baik, kami berjibaku untuk melangkah kembali. Ya, membawanya serta dalam perjalananku adalah pasti. Sebab tanpa jiwa, apa yang dapat ku bagi?

***

FYI. Oke, teman. Baiklah.

Ingat, orang-orang hebat adalah mereka yang berbuat lebih banyak dari yang lain. Mereka adalah yang mencoba berkali-kali, tanpa mengenal menyerah, lelah dan putus asa. Mereka bukan tidak pernah jatuh, namun bersedia bangkit tanpa merasa-rasai apa itu sakit. Mereka adalah pribadi tangguh yang tidak selalu sempurna sebagaimana yang orang perhati. Mereka adalah jiwa-jiwa tangguh yang tidak mudah rebah, walau sakit. Mereka adalah sosok kuat, walau terlihat lemah. Hatinya kuat, meski raganya gemulai. Mereka ada, walau tidak tersebut nama. Buatmu, teman-temanku di sini.

Ya, engkau yang membagikan kisah-kisahmu, dan aku membacanya. Engkau yang berbagi sepenuh hati, hingga ku tersentuh dan kemudian meneteskan airmata di pipi. Engkau yang membuatku terenyuh hingga dua pipiku tidak dapat bergerak sebagaimana mestinya. Engkau yang membuat mataku berkaca-kaca, sebelum ini, i am proud of you. Aku bangga padamu. Engkau adalah pribadi hebat yang tangguh. Engkau luar biasa, maka tetaplah menjadi dirimu sendiri.

Ingatlah untuk tetap berbagi, pada ranah yang engkau yakini. Tetap melangkah di jalan yang engkau tempuh. Bersemangat dan tersenyumlah. Dunia menantimu.

Huuuuuuuwwwwaaa, ku terharu olehmu, sebab setelah membaca catatanmu, catatan ini terbit. Aku mau mengucapkan padamu, terima kasih atas inspirasi. Dear you, sahabat hati. Siapa pun engkau di sana, padamu ku dedikasikan catatan hari ini. Sure, selamat bahagia, engkau berharga. Maka, tetaplah ada, untuk menjadi bagian dari orang-orang penuh arti. Keep smile, daaaan sampai nantiiiii, hihiii.[]

🙂 🙂 🙂

Ayo mengabadikan kisah persahabatan kita dalam tulisan ^_^

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai