Dear langit biru,

Ketika ku melayangkan tatap padamu, ku tersipu. Aku malu. Sebab engkau sangat menginspirasiku. Termasuk saat ini. Melaluimu, ku kembali merangkai segenap haru yang muncul dari dalam kalbu. Haru yang menarik-narik jemariku agar bergerak, bukan hanya membisu. Lantas, ku merangkai kata satu persatu. Kata-kata yang ku mau, menjadi alasanku tersenyum lebih indah dari waktu ke waktu, tidak selalu menggugu. Yuhu.

Dear langit biru,

Ketika tidak ada yang menghalangi tatap ini saat ku melayangkannya jauh ke atas sana, yang ku pandang adalah biru. Biru, ya, biru. Biru adalah warnamu. Warna kesukaan sahabatku. Ia sekarang di Pekanbaru. Padanya aku rindu. Sebab kami sudah lama tidak bertemu. Huhuhuu. πŸ˜‚ For Tya, I miss you.

Dear langit biru,

Sudah sekian lama engkau menjadi inspirasiku. Apakah saat suasana hatiku kelabu, atau penuh oleh bunga-bunga berwarna biru. Apalagi ketika ingatanku lengket erat pada beliau-beliau yang jauh dariku. Beliau yang ku rindukan. Maka, memandang warnamu dapat meluruhkannya, segera. Meluruhkan hingga jatuh satu persatu dari ruang ingatan. Kemudian melegakanku sedamai-damainya.

Biru, rindu dan haru

Dear langit biru,

Padamu ku berguru. Melaluimu ku belajar agar tidak terburu-buru. Dan darimu juga ku mengusaha menenangkan hati saat ia penuh oleh angin haru yang menderu-deru. Bahkan saat ku keliru, sekali lagi ku mengaca diriku melaluimu. Bahwa ternyata aku bukan siapa-siapa dibandingkan luasmu. Sehingga aku kembali mau memaafkan diriku supaya ia tidak berpenyesalan selalu. Dengan begitu, ku belajar damai dengan diriku.

Dear langit biru,

Seperti mahaguru engkau di dalam pandanganku. Meski engkau tidak pernah mengguruiku. Namun lagi dan lagi aku mengaku, bahwa ku adalah pembelajar yang juga mengambil ilmu darimu. Baik ilmu tentang ketenangan dan kedamaian. Hingga tentang keluasan yang engkau pamerkan. Dan ku mau seluas lengkungmu ku mempunyai kalbu. Dengan demikian, lapangnya tidak ada yang meniru.

Dear langit biru,

Berhubung sudah ada senyuman yang ku tebarkan sepanjang merangkai kalimat di sini, ku mau undur diri karena sudah ada yang menyeru. Supaya aku meneruskan perjalananku dengan semangat yang terbaru.

Dear langit biru,

See you,

I will miss you. Sampai bertemu.

😊😊😊

    Ayo mengabadikan kisah persahabatan kita dalam tulisan ^_^

    Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
    Ayo mulai